The Social and Political Aspects of Collective Cognition and Action
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi Dalam Black Campaign.
Studi Kasus “Group Facebook : Tolak Mentah- Mentah JUPE Bupati Pacitan”
Makalah ini dipresentasikan pada 7 mei 2010 dalam diskusi Teknologi Informasi dan Komunikasi Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UGM. Written by J* with moderator Jonas klemens G.D.Gobang
kampanye tidak boleh dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras, suku, agama, golongan calon atau peserta pemilu yang lain. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat. (poin ke 3 & 4 Pasal 84 UU no 10 tahun 2008 tentang pemilu)
Preface
Perkembangan penggunaan internet di Indonesia sangat signifikan, hingga juni 2010 tercatat 45 juta penduduk Indonesia menjadi pengguna internet. Hal ini berbanding lurus dengan akses masyarakat terhadap jejaring sosial. Facebook sebagai situs jejaring sosial memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Jumlah pengguna dari situs jejaring sosial ini juga paling banyak diantara jejaring sosial yang lain seperti friendster maupun twitter. Banyak fenomena sosial maupun politik yang berhubungan dengan facebook. Salah satunya adalah Group Facebook. Beberapa group facebook yang fenomenal yang berpengaruh terhadap aksi sosial dibidang sosial politik diantaranya adalah group dukungan untuk Bibit Candra dalam kasus kriminalisasi KPK serta dukungan kepada Prita Mulyasari dalam Undang- Undang ITE. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Group Facebook ini merupakan faktor yang patut menjadi perhatian terutama untuk penghimpunan aksi sosial.
Dalam kehidupan demokrasi, teknologi memiliki peran yang signifikan termasuk dalam upaya kampanye negatif. Banyak fersi teknologi yang digunakan dalam black campaign seperti penyebaran video mesum hingga pada pembentukan akun group facebook. Paper ini akan mengambil studi kasus penolakan Julia Perez atau Jupe sebagai calon Bupati Pacitan. Akun Grup Facebook untuk penolakan Jupe ini adalah Tolak Mentah- Mentah JUPE Bupati Pacitan. Hal ini menarik untuk dikaji dari perspektif sosial maupun perspektif teknologi itu sendiri. Group ini dibentuk untuk menjegal langkah Jupe maju dalam bursa pencalonan Bupati Pacitan.Terdapat berbagai penyimpangan dengan adanya Group Facebook semacam ini. Hal inilah yang akan coba untuk dikritis.
Sebelum melangkah lebih jauh, seperti halnya dua mata pisau, black campaign sendiri memiliki dua sisi yaitu positif dan negatif. Dalam berbagai hal, black campaign memberikan sebuah pelajaran politik yang sangat berharga dalam kehidupan demokrasi, namun disisi lain hal ini merupakan persaingan yang tidak sehat.Dalam paper ini peneliti tidak akan berangkat dari stand poin positif maupun negatif tersebut, namun akan mencoba melihat bagaimana teknologi komunikasi dan informasi ini berperan serta kemungkinan dampak yang mungkin dimunculkan terhadap keberadaan akun group facebook ini.
Pembahasan
Apa itu black campaign? Dalam Undang- Undang Pemilu Nomor 10 tahun 2008 tentang pemilu disebutkan berbagai kriteria tindakan yang termasuk dalam upaya kampanye negatif atau kampanye hitam yang populer disebut sebagai black campaign. Dari 10 kriteria yang dipaparkan dalam undang- undang ini beberapa diantaranya relevan sebagai dasar pembahasan dalam paper ini. Poin tersebut ada dalam poin ketiga dan keempat undang- undang nomor 10 tahun 2008 tentang pemilu yaitu kampanye tidak boleh dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras, suku, agama, golongan calon atau peserta pemilu yang lain. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat. Dalam berbagai kesempatan, Julia Perez selaku pihak yang merasa dirugikan menyatakan bahwa hal ini merupakan penghinaan sera upaya penjegalan terhadap dirinya untuk maju sebagai calon bupati kabupaten Pacitan. Demikian juga dinyatakan oleh kuasa hukumnya Gusti Randa, SH dalam berbagai sumber .
Dalam pembahasan paper ini kita akan menganalisisnya dengan menggunakan dua perspektif. Pertama adalah perspektif teknologi informasi dan komunikasi. Dalam perspektif ini kita akan melihat komponen apa saja dari teknologi komunikasi yang ada dalam studi kasus ini. Bagaimana teknologi mampu menggerakkan masyarakat baik melalui opini maupun gerakan sosial secara nyata. Apa saja pesan yang dimuat dan bagaimana pesan ini mampu memberikan efek terhadap pilihan masyarakat. Sedangkan perspektif yang kedua lebih menekankan pada social effect dari adanya group ini. Hingga saat ini efek sosial dari adanya akun group facebook ini memang belum mampu dibuktikan secara nyata karena proses pilkada di Pacitan baru memasuki proses awal dari seleksi. Peneliti belum dapat mengkaitkannya secara riil dengan jumlah perolehan suara oleh Jupe maupun bagaimana tindakan nyata seperti apakah memang Jupe ini akan lolos menjadi calon Bupati. Namun peneliti akan melakukan intertekstualitas dengan fenomena yang lain seperti kebanyakan kasus yang memiliki dukungan lewat akun facebook maupun upaya lain yang menggunakan ICT.
Gambar diatas merupakan print sceen dari halaman utama (home) akun group facebook Tolak Mentah- Mentah Jupe Bupati Pacitan. Seperti yang disajikan facebook, terdapat fasilitas seperti wall, discussion, note, tautan ke html maupun fasilitas lain yang mampu merujuk pada pertukaran informasi antar pengguna. Pesan dari satu orang akan di-share sedemikian rupa dan mendapat tanggapan yang beragam dari pengguna lain. Hal ini yang akan memberikan informasi pemahaman serta dapat mempengaruhi sikap pada titik tertentu. Dalam group ini, setidaknya 1500 orang telah bergabung dalam 2 minggu awal. Meskipun setelah 2 minggu ini jumlah anggota tidak bertambah secara signifikan. Dilihat secara demografis, mayoritas anggota group ini adalah penduduk Jawa Timur khususnya kabupaten Pacitan yang berasal dari berbagai kalangan serta berbagai usia. Namun dalam group ini juga terdapat anggota dari luar pacitan yang mencoba berbagi informasi serta dukungan.
Dalam group facebook terdapat berbagai fasilitas yang ditawarkan. Hal ini merupakan gambaran bagaimana interaktifitas dalam media baru ini sangat tidak terbatas. Interaktifity sebagai karakteristik utama dalam media baru salah satunya dapat ditandai dengan adanya hyperlink. Dengan adanya fasilitas ini pengguna mampu mendapatkan akses yang tidak terbatas hanya dengan melakukan “klik”. Sebagai contohnya pada halaman ini ditawarkan link tautan, dimana link ini mampu menghubungkan pengguna ke situs lain sebagai referensi informasi. Ilana Snyder mengobservasi bahwa hypertext adalah gabungan yang sangat spesifik dari produk komputerisasi dan teknologi online dan pengembangan mode storytelling digambarkan pada lingkup non-digital terutama pada non linear dan multi-path narative Sementara, James Joyce menggambarkan hypertext sebagai bentuk dari storytelling, lingkup elektronik merupakan prakondisi yang spesifik bagi hypertext. Dia mendefinisikan hypertext sebagai struktur yang terdiri dari block teks terkoneksi dengan jaringan elektronik, menawarkan cara bagi pengguna, menyediakan makna atas pengaturan informasi dalam cara non linear, dengan koneksi otomatis komputer atas satu informasi ke informasi yang lain. Dalam group ini kita dapat melihat adanya link dengan berbagai media seperti kompas, detik maupun halaman lain yang menampilkan isu relevan melalui tautan yang disajikan. Author group ini bebas memilih link tautan yang mendukung pernyataannya serta dapat mengkaitkan dengan berbagai informasi negatif diluar halaman ini. Inilah kekuatan dimana teknologi mampu digunakan untuk upaya yang sangat sistematis, informasi yang dipilih mampu dihubungkan sedemikian rupa sedang informasi yang tidak mendukung pernyataan author dapat dimarginalisasi. Selain itu author dapat menjadi gatekeeper terhadap apa yang akan ditampilkan atau tidak ditampilkan dalam halaman ini. Sebagai contohnya author dapat me-remove pernyataan- pernyataan dari anggota yang tidak diinginkan oleh author. Selain itu author juga dapat melakukan sensorship terhadap foto maupun video yang berkaitan dengan Jupe. Dalam artian, author hanya akan menampilkan foto maupun video yang relevan terhadap tujuan yang diharapkan. Dalam akn ini foto- foto yang ditampilkan secara keseluruhan merupakan foto Julia Perez yang mempertontonkan tubuh dengan menggunakan bikini serta pakaian yang dianggap sexy yang tidak pantas digunakan oleh calon kepala daerah dimuka umum.
Salah satu contoh interaktifitas dalam group ini adalah pada salah satu link yang menghubungkan akun ini dengan salah satu artikel dari okezone.com. Artikel yang di-link adalah salah satu pernyataan dari Mendagri Gamawan Fauzi yang menyatakan akan meratifikasi aturan yang berisi tentang persyaratan serta kecakapan calon kepala daerah. Dalam beberapa halaman diskusi, anggota group juga dapat memposting catatan atau tulisan sejenis yang dapat dikomentari oleh seluruh pengguna facebook karena pengaturan privasi yang memungkinkan pengguna untuk berkomentar. Interaktifitas ini juga dapat dilihat dalam ‘wall” atau halaman utama dari akun ini. Dalam halaman ini setiap anggota mampu melakukan posting status atau pernyataan yang dapat dikomentari juga oleh setiap anggota akun. Dari pengamatan yang dilakukan penulis terhadap posting yang dilakukan anggota mayoritas menolak , memberikan pernyataan yang menyudutkan serta menggambarkan sentimen negatif terhadap upaya pencalonan Jupe. Berikut penulis menampilan berbagai pernyataan dari anggota group untuk mengetahui lebih jelas bagaimana gambaran akun group facebook ini:
Nama Anggota Group | Pernyataan/status/apa yang dituliskan di home akun facebook tolak mentah- mentah Jupe Bupati pacitan |
Bastian Weah |
|
Hery Kuncoro | |
Ardhiyanto Ardhi |
|
Agus Pramuka |
|
Dalam halaman group facebook ini juga memiliki konten yang cukup sensasional yaitu foto syur seperti yang digambarkan diatas. Baik dalam “wall” group facebook ini maupun dalam koleksi foto, secara keseluruhan foto yang ditampilkan secara etika bisa dikatakan tidak senonoh, berpose sensual dengan menggunakan pakaian minim. Dalam foto ini juga ditampilkan courtesy dari mana foto ini didapatkan yang salah satunya adalah fotogadissexy.com. Hal ini senada dengan kaidah representasi yang disampaikan oleh Strut Hall dimana dalam proses representasi tidak ada realitas yang digambarkan sebagaimana aslinya, ada sesuatu yang dimarginalisasi, ditutup- tutupi dan ada sesuatu yang ditonjolkan. Dalam halaman group facebook ini hampir semua informasi yang ditampilkan adalah representasi negatif dari Julia Peres. Baik dalam text, maupun gambar. Berikut ini adalah foto yang ditampilkan dalam group facebook tolak Mentah- mentah JUPE Bupati Pacitan.
Gambar, dalam sebuah tampilan website, dalam hal ini group facebook memiliki interpretasi yang dapat dihubungkan dengan konteks norma dan sosial. Gambar disamping tidak menjadi masalah yang serius jika ditampilkan dalam berbagai situs porno. Hal ini akan berbeda jika foto digunakan dalam sebuah kampanye negatif yang dapat dikatakan mendiskreditkan seseorang sepertihalnya Julia Perez dalam bursa pencalonan Bupati Pacitan. Dalam interpretasi makna pakaian bukan juga artefak, pakaian adalah cara berkomunikasi. Jika dalam gambar ini dikaitkan dengan kampanye politik, mengambil pernyataan Umberto Eco “ i speak through my cloth” maka pencitraan Jupe sebagai calon bupati ini sangat bertolak belakang dengan kaidah dan norma. Senada dengan Barnard Malcom yang menyatakan bahwa “fashion as Communication”.
Group facebook ini dapat disebut sebagai komunitas virtual. Dalam sosialitanya, komunitas virtual ini melahirkan budaya virtual. Howard Rheingold mengartikan komunitas virtual sebagai ‘social aggregations that emerge from the Net when enough people carry on those public discussions (using the internet) long enough, with suffiecient human feeling, to form webs of personal relationships in cyberspace.’ Komunitas ini berinteraksi dengan menggunakan CMC (computer mediated communication). Garth Graham dalam penelitiannya menyatakan setidaknya ada empat aspek CMC yang memeperlihatkan adanya konvergensi dibalik level teknikal maupun sosial yaitu:
- Pengirim dan penerima
Author atau pemilik akun dapat dikatakan sebagai pengirim informasi, sedangkan individu yang join kedalam group ini atau siapa saja yang mengakses dan mendapatkan informasi dari halaman group facebook ini dapat dikategorikan sebagai penerima. Hal yang menarik dalam studi kasus ini adalah keberadaan author yang tidak jelas. Tidak sebagaimana dengan berbagai upaya black campaign pada kasus lain yang menyajikan identitas author, di group ini identitas tidak diketemukan.
- Percakapan dan informasi
Percakapan dapat dilakukan antar “wall” dengan melakukan pemulisan di “wall” maupun dengan memberikan komentar. Bahkan hal yang unik dengan meng Klik “like” maka secara langsung hal ini dapat dikategorikan sebagai dukungan atas pernyataan. Dalam halaman ini juga terdapat forum diskusi, hal ini memberikan peluang bagi para pengguna untuk melakukan pertukaaran ide atau bahkan melempar isue untuk didiskusikan. Sedangkan informasi yang disajikan dalam halaman ini sangat beragam dan bersifat tidak terbatas melalui adanya hyperlink.
- Makna yang menjadi pesan serta konten
Makna dalam hal ini menjadi sangat subjektif, tergantung bagaimana pembaca melakukan interpretasi informasi. dalam ranah sosial hal ini berkaitan dengan bagaimana struktur masyarakat jika dilihat dalam kategori khalayak aktif atau pasif kah?. Hal yang menjadi sangat signifikan adalah kemampuan audience untuk melakukan interpretasi, filterisasi serta melakukan pemilihan serta pemilahan (selectifity) terhadap informasi yang disajikan. Dalam kasus ini, khalayak pasif akan semakin terpersuasi seiring dengan terpaan media yang sangat tingi. Secara gamblang bahwa apa yang menjadi agenda media dalam khalayak pasif akan menjadi agenda publik. Tidak ada negosiasi terhadap informasi yang diterima.
- Identitas publik dan identitas pribadi
Dalam melakukan sosialita online akan lahir identitas baru. Terdapat beberapa tipe orang dalam membentuk identitasnya dalam kehidupan bermedia online. Ada orang yang menggunakan identitas sebenarnya namun ada juga yang membentuk identitas online yang berbeda dengan identitas nyata.
Dalam analisis kritis kita harus menyadari bahwa penggunaan teknologi mampu memberikan implikasi sosial. Pada tataran ini tegnologi tidak hanya sebagai alat atau artefak namun sudah memasuki tataran kultural. Dalam tabel yang disajikan Flew tegnologi dalam persperktif ini meruapakan level ketiga dalam tataran tegnologi. Artinya ketika tegnologi digunakan, maka akan ada konsekuensi kultural atas pemanfaatan tegnologi. Dalam level ini teknologi membawa nilai- nilai tertentu serta aspek budaya yang relevan terhadap perspektif yang diinginkan oleh pengirim pesan.
Dalam perspektif sosial, group semacam ini seharusnya diblokir. Hal ini berkaitan dengan kebijakan serta hukum atau regulasi yang mengatur ranah media baru. Dalam group facebook kita juga dapat melaporkan halaman ini untuk diblokir. Namun hingga saat ini halaman ini masih saja dapat diakses. Dalam pandangan psikologi sosial pengguna internet , seperti yang dinyatakan Nancy Baym dalam partisipasi budaya virtual beberapa alasan yang mungkin melatar belakangi orang untuk join kedalam budaya virtual ini diantaranya adalah.
- Kesempatan membangun pertemanan dan hubungan yang dinilai sulit dibangun dalam komunitas ‘offline’
- Kapasitas untuk mengedarkan ide-ide baru.
- Kesempatan menemukan orang-orang untuk berbagi dalam ketertarikan yang sama.
- Ajang bagi kaum marjinal untuk berekspresi.
5. Alasan-alasan inilah yang mereflesikan ketidakpuasan pada batasan-batasan yang ada di komunitas ‘real’.
Dengan memiliki berbagai alasan seperti yang dikemukakan diatas, maka komunitas virtual ini tidak bisa diabaikan dalam membentuk aspirasinya. Teknologi menjadikan apa yang tidak mungkin secara ruang dan waktu menjadi sangat memungkinkan untuk dilakukan. Jika ditilik lebih mendalam, dalam dunia nyata seseorang belum tentu berani memberikan pernyataan yang sama dengan yang dilakukannya didunia maya ini. Kelompok sosial masyaralat tertentu dapat lebih bebas dalam mengekspresikan ide serta gagasan di dunia maya. Ranah hukum di Indonesia perlu ditingkatkan, belum ada aturan yang spesifik untuk mengkaji permasalahan seperti ini. Hal ini dirasa perlu mengingat banyaknya fenomena serupa. Lalu bagaaimana dampak sosial yang mungkin ditimbulkan dari keberadaan akun group facebook ini?
Perlu disadari bahwa kemunculan media baru ini membawa aktifitas baru, proses baru dan produk baru. Dalam media baru terdapat dua konsekuensi yaitu unintended consequences serta intended consequences. Dalam paper ini kita akan memfokuskan pada unintended consequences atau konsekuensi negatifnya. Jupe adalah salah satu dari beberapa kasus selebriti yang memasuki dunia politik dan mendapatkan serangan kampanye negatif (black campaign) melalui teknologi informasi. Meskipun pekembangan teknologi serta wawasan masyarakat yang mulai berkembang pula, di Indonesia kesadaran bermedia online masih sangat rendah. Kebanyakan masyarakat ketika melakukan klik untuk join tidak memiliki referensi yang cukup untuk melakukan pilihan. Tidak semua audience yang menggunakan facebook atau group facebook ini dikatakan sebagai khalayak pasif, namun jika dilihat dari teori masyarakat massa, masyarakat Indonesia dapat dikategorikan sebgaai masyarakat pasif. Anggapan ini didasarkan bahwa masyarakat mudah dipengaruhi oleh arus langsung dari media. Untuk menilai masyarakat massa ini dapat dilihat dengan 5 karakteristik yang digunakan sebagai tolak ukur yaitu, selektifitas, utilitarianism, intensionalitas, keikut sertaan serta kemampuan untuk menahan pengaruh media. Mayoritas masyarakat di Indonesia tidak memenuhi kriteria ini, maka sangat rentan terhadap arus informasi. hal yang paling memungkinkan adalah lahirnya konflik. Meskipun dalam ranah demokrasi perbedaan menjadi sebuah indikator kesuburan proses demokrasi namun konflik yang mungkin ditimbulkan dari kampanye negatif ini lebih pada pelanggaran undang- undang.
Tidak dipungkiri ketika lahir group- group semacam ini akan mampu mempengaruhi opini masyarakat serta melahirkan gerakan sosial dalam kehidupan nyata. Dalam kasus lainnya seperti kasus Bibit Candra apa yang dilakukan facebooker mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah (goverment policy). Dalam kasus Jupe ini, memang tidak sebesar apa yang dilancarkan facebooker dalam memberikan dukungan seperti pada Bibit Candra. Namun dalam kampanye negatif, hal ini patut diperhatikan terutama bagi pendidikan politik masyarakat. Namun tidak menutup kemungkinan dengan adanya group ini mampu melahirkan gerakan massif berupa penolakan Jupe seperti demonstrasi maupun gerakan sosial berupa penghimpunan suara penolakan, maupun penyeberan informasi yang dapat dilakukan secara massif melalui media online bahkan melalui media konvensional. Geraka sosial dapat muncul karena terpaan media serta adanya arus informasi yang didapatkan masyarakat. Tesisnya adalah semakin banyak terpaan media, maka masyarakat akan tersugesti oleh informasi tersebut (masyarakat massa , pasive audience).
Terpaan tegnologi informasi sangat dasyat, untuk itu maka sangat dibutuhkan media literacy bagi masyarakat. Beberapa panduan atau rekomndasi dari peneliti untuk menyikapi ini maka dalam melaukan kontak dengan tegnologi dan menjadi bagian dari cyberspace perlu memperhatikan beberapa panduan yaitu jangan mudah mempercayai apa yang dilihat, dibaca, di dengar atau ditonton dalam media baru. Perlu dilihat siapa author serta asal informasi itu. Pelajarilah tegnologi serta konsekuensi termasuk hukum hukum yang mungkin ada dalam pengaturan dunia cyber.
Bagaimana akun ini mampu membentuk opini bagi masyarakat sangat berkaitan dengan pesan apa saja yang ditampilkan dalam situs ini. Jika dilihat secara konten pesan, baik di wall, link mapun forum diskusi ditemukan berbagai pesan yang mendiskreditkan Julia Perez. Contoh informasi yang di-share seperti, kerenkan pas jupe nyanyi.... ati2 jauhkan dari jarum....... ntar mbledos.......atau masih banyak lagi pernyataan yang jika dilihat tidak sesuai dengan etika. Maka media literacy sangat dibutuhkan dalam menanggulangi efek negatif dari teknologi komunikasi serta informasi.
Penutup
Seiring perkembangan teknologi, usaha untuk melancarkan black campaign semakin canggih. Kecanggihan teknologi multimedia telah dimanfaatkan sedemikian rupa menggantikan cara konvensional yang berupa desas desus dari mulut ke mulut. Seperti yang telah dipaparkan diatas, penggunaan media baru seperti halnya group facebook telah banyak mengalami penyimpangan. Inilah yang disebut sebagai unintended consequences dari keberadaan teknologi komunikasi. Perlu diberdayakannya literacy media baru. Dalam berbagai kejadian apa yang terjadi secara on line mampu berdampak off line. Dalam proses demokrasi maupun proses sosial kemasyarakatan kampanye negatif memiliki dua siisi baik positif dan negatif. Bagi pihak yang didiskreditkan hal ini akan merugikan, namun mampu menjadi hal positif jika dimaknai sebagai cara mendongkrak popularitas. Bagi perkembangan demokrasi sendiri hal ini mampu memunculkan pandangan kritis bagi khalayak aktif dan menjadi bomerang bagi khalayak pasif.
Apa yang ditampilkan dalam akun facebook ini dapat dikategorikan kedalam dua macam upaya pesan. Seperti telah dibahas diatas serta pemberian berbagai contoh tentang konten yang ada penulis memberikan dua upaya yaitu upaya persuasif dan upaya propaganda. Upaya persuasif serta propaganda dilakukan melaui informasi yang ditampilkan baik melalui status, komentar, link maupun foto yang ditampilkan. Persuasif dalam hal ini merupakan upaya untuk mempengaruhi khalayak untuk menolak pencalonan Julia perez sebagai calon bupati Pacitan. Sedangkan propaganda lebih pada menggulirkan berbagai isu negatif, mencoba mempengaruhi agenda publik maupun agenda media yang tujuannya tidak bukan untuk menjegal pencalonan Jupe dalam bursa calon kepala daerah ini.
Teknologi dalam fungsinya sebagi kultural teknologi mampu memberikan efek terhadap masyarakat termasuk dalam kehidupan demokrasi. Melalui keunggulan fitur- fiturnya teknologi memberikan kemudahan bagi aktifitas namun juga mampu mengakibatkan konflik kepentingan yang pada akhirnya merugikan publik. Adanya fasilitas seperti hyperlink menjadikan interaktifitas pengguna media baru sangat mungkin untuk mendapatkan informasi yang tak terbatas. Dengan teknologi, memungkinkan munculnya kelompok virtual yang melahirkan budaya virtual. Berbagai alasan individu untuk bergabung dalam komunitas ini. Dalam banyak fenomena, komunitas ini mampu mendorong kebijakan dalam dunia nyata. Terlebih bagi khalayak pasif, informasi yang tidak jelas dapat bersifat menyesatkan, dan memicu adanya konflik dalam kehidupan sosial.
This instrument can teach, it can illuminates; yes, and it can even inspire. But it can only do so to the extent that humans are determined to use it to those ends.otherwise it is merely wires and light in a box. EDWARD R MURROW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar